Judul Buku : Sejarah Kejayaan Singasari Dan
Kitab Para Datu
Pengarang : Krisna Bayu Adji Dan Sriwintala
Achmad
Penerbit : Araska
Tahun Terbit : 2006.
Tempat Terbit : Jl. Imogiri Barat - Bantul - Yogyakarta
Tebal : 220
Pada tahun 1024,
airlangga turun tahta. Bukan karena di kudeta oleh pihak yang bersebrangan atau
diserang musuh dari negara lain, namun
karena panggilan hidupnya menjadi seorang petapa. Pada saat itulah , airlangga
berhasrat menobatkan sanggrawawijaya tunggadewa sebagai raja namun menurut
prasasti cane (1021) dan prasasti turun hyang (1035) hasrat itu ditolak oleh
sang putri. Sebagaimana ayahnya, sang gramawijaya lebih memilih jalan hidup
sebagai petapa dengan gelar dewi kalisuci ketimbang sebagai raja.
Semasa
pemerintahan kamesywara, kerajaan kadiri dibilang maju (terutama dibidang
kesusastraan). Pada saat itulah, muncullah seorang punjangga bernama mpu dharmaja. Melalui mpu
dharmaja, kekawin smaradahana yang berisikan kisah tentang kelahiran ganesha
(dewa berkepala gajah yang kemudian mnjadi lambing kadiri) itu diciptakan.
Terdapat
satu sumber yang mengatakan bahwa jayabhaya yang memerintah kadiri dari tahun
1135 hingga 1159 tersebut telah menikah
dengan dewi sara. Hasil pernikahan dengan dewi sara, jayabhaya memiliki putra
bernama jaya amijaya, dewi pramesti, dewi pramuni, serta dewi sasanti. Jaya amijaya kelak
menurunkan raja-raja ditanah jawa (raja-raja majapahit dan matarambaru). Sementara
dewi pramesti yang menikah dengan astradarma ( raja yawastina) kelak melahirkan
anglingdarma (raja walawapati).
Menurut catatan sebagian besar sejarawan, kertajaya
dikenal sebagai raja yang bersifat
pongah atau tinggi hati. Menjelang akhir masa pemerintahannya, kertajaya
yang dikenal sebagai dandang gendis itu minta disembah oleh para pendeta
hindudan buddha. Namun keinginannya itu ditolak oleh seluruh pendeta, sekalipun
dandang gendis menunjukan kesaktianya dengan duduk dipucuk tombak yang
dipancangkan diatas tanah.
Bila
dibenturkan dengan serat pararaton sendiri yang menyebutkan bahwa apanji
tohjaya tidak mati lantaran keris mpu gandring, melainkan melalui tombak
hinggai ia melarikan diri dan tewas didesa katanglumbang (pasuruan), maka
kutukan mpu gandring tidak memenuhi kebenaranya. Disinilah letak dari salah
satu kelemahan serat pararaton itu. Kelemahan lain dari pararaton di tunjukan
oleh C.C BERG, dimana serat pararaton cenderung sebagai teks yang bersifat
supranatural dan ahistoris. Bukan mencatat sejarah masa silam, melainkan
memprediksi tentang masa depan. Sementara J.J RAS menuturkan, bahwa serat
pararton ditulis sekedar melegatiminasi kekeuasaan raja.
Ketika
menjabat sebagai raja, ken arok yang berpremaisurikan ken dedes itu menggunakan
nama gelar ranggah rajasa sang girinathapura (nagarakretagama) atau sri rajasa
bhatara sang amurwabumi (pararaton). Sebagai raja yang bergelar sang
awurwabumi, kenarok memiliki sifat bhairawa anoraga. Perkasa secara fisik dan
lembut secara spiritual, serta selalu membumi ( bhumi sparsa mudra). Dalam pengertian
lain, kepemimpinan ken arok tetap
berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji, berwatak tabah, kokoh,
toleran, dan senantiasa bersifat social.
Tidak
satu pun prasasti yang menyebutan nama anusapati. Hanya candi kidal yang
menyebutkan bahwa anusapati dikenal sebagai siwa. Melalui data sejarah
tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa siwa bukan sekedar mengacu pada ken
arok, namun pula anusapati. Di samping candi kidal, nama anusapati ditemukan
dalam serat pararaton. Putra akuwu tunggal ametung dan ken dedes yang tewas ditangan mapanji
tohjaya sewaktu ia bersabung jago.
Semasa
pemerinthannya, ranggawuni telah memindahkan ibukota kerajaan tumapel
(singasari) dari kotaraja ke singosari. Seiring berjalannya waktu, nama
kerajaan sigasari lebih dikenal ketimbang kerajaan tumapel.
Selain
melibatkan pasukan jaran guyang, pemberontkan jayakatwang mendapatkan dukungan
dari patih kebo mundarang dan ardharja ( putra jayakatwang dan sekaligus
sebagai menantu kertanegara). Tidak seperti pemberontakan-pemberontakan
seelumnya. Pemberontakan jayakatwang
menunai hasil gemilang. Bahkan melalui jayakatwang, kertanegara yang tengah
berpesta minuman keras itu dapat dibunuhnya. Raja singasari itu tewas bersama
mpu raganata, patih kebo anengah, panji aragani, serta wirakreti. Sementara raden
wijaya sendiri kemudian melarikan diri kesumeneb.
Terbunuhnya
jayakatwang pada tahun 1293 merupakan tanda masa berakhirnya kerajaan
singasari. Pada tahun yang sama, raden wijaya yang mendapatkan dukungan dari
lembu sora,nambi, ranggalawe, dan tokoh-tokoh lainnya kemudian mendirikan
kerajaan baru di hutan tarik dengan nama majapahit. Nama kerajaan itu bersumber
dari buah maja yang berasa pahit.
Semasa
pemerintahan girindrawadhana atau dyah ranawijaya (1486-1527), terjadilah perebutan hegemoni
sebagai pewaris majapahit antara giridrawardhana dan raden patah (kesultanan
demak).sesudah girindrawardhana gugur sast terjadi peperangan antara majapahit
dengan demak yang dipimpin oleh sultan trenggana itu, mahapahit mengalami keuntuhannya.
Terdapat
ajaran baru yang tersirat di dalam kitab para datu. Ajaran tersebut adalah
becik ketitik, ala ketara, artinya siapa
yang berbuat kebajikan atau kejahatan bakal kelihatan di kemudian. Karenanya,
jasa besar bekel jaka mada atas penyelamatan jayanegara dan keluarga majapahit
dari ancaman ra kuti akan berbuah manis .dimana saat pemerintahan dyah gitarja
(tribhuwana wijayatunggadewi) bekel jaka mada diangkat sebagia patih
amangkubumi dengan gelar gajah mada. Namun melalui kecerobohannya yang menimbulkan
perang bubat, gajah mada akhirnya
disingkirkan oleh hayam wuruk dari istana majapahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar